Loading...
15 Oct 2012

AKHLAK

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


AKHLAK

 Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaituAkhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawanafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluargadan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama,senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah SubhanahuWataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei:
"Hanya saja bangsaitu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsaitu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhisegala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran darisunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yangmunkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya
“Kamu adalahumat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub,dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit- penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macamkerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakanlingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakatyang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti:
"Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam
Di darat dan
Di laut dengan sebabapa yang telah
Dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allahhendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".
ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK 
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisikita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurangdiperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar samaorang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak  pedulian…”, dan lain-lain

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadicambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agamayang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan,namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyaihubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allahdan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorangmaka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK 
 Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat AlQalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwakedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia,“Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihatAsh Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”
(HR.Bukhari dan Muslim).Dalam hadits lain Anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam :
“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangidari bau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur  perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?”
(HR. Bukhari dan Muslim).Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimanatelah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :
“Orang mukmin yang  paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.”
(HR Tirmidzi, dari abuHurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalamAsh Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah binamr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma disebutkan :
“Sesungguhnya sebaik-baik kalianialah yang terbaik akhlaknya.”
KEUTAMAAN AKHLAK 
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernahditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihiwasallam menjawab :
“Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.”
(Hadits ShahihRiwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627,tahqiq Rabbah dan Daqqaq).Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliaushalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengannasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abidzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bertaqwalah

kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah denganmanusia dengan akhlak yang baik.”
(HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dandishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak  yang baik.”
(HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2hal 535).Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat  padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.”
(HR. Tirmidzidengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban.Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimahmengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yangdianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalahtermasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu- Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. WallahuTa’ala a’lam

Akhlak, Etika, Moral
(Tinjauan Definitive dan Karakteristik Dalam Ajaran Islam)
1.Pendahuluan
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai denganmenjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yangdilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturanyang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yangmenetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakanyang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susilaadalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak  bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusiamelihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulahmembedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipundia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada halyang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengertidirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehinggasebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.[1]
2.Pembahasan
Dalam berbagai literature tentang ilmu akhlak islami, dijumpai uraian tentang akhlak yang secara garis besar dapat dibagi dua bagia, yaitu; akhlak yang baik (akhlak al-karimah), dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah misalnya termasuk dalam akhlak yang baik. Sedangkan berbuat yang dhalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir dan curang termasuk dalamakhlak yang buruk.Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk pada tiga perbuatan yang utama,yaitu hikmah (bijaksana), syaja'ah (perwira/ksatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatandosa dan maksiat).Hukum-hukum akhlak ialah hokum-hukum yang bersangkut paut dengan perbaikan jiwa(moral); menerangkan sifat-sifat yang terpuji atau keutamaan-keutamaan yang harusdijadikan perhiasan atau perisai diri seseorang seperti jujur, adil, terpercaya, dan sifat-sifat yang tercela yang harus dijauhi oleh seseorang seperti bohong, dzalim, khiana

Sifat-sifat tersebut diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah dan secara Khususdipelajari dalam Ilmu Akhlak (etika) dan Ilmu Tasawuf.
[2]a. Akhlak 
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasimajid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat,watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din(agama). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan denganini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakanisim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkankata tersebut memang sudah demikian adanya.Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yangselanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnyasecara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yangmendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagaihujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinyakita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukansesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diriorang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukandengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalandengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingindipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.[3]
b. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikanilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan initerlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etikaadalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnyadilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnyadiperbuat.Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitustudi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungandengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segisumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran,maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika jugamemanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti ilmuantropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga,dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadapsesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akandinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat darisegi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutanzaman.Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuanyang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof baratmengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika,karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis danantroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akalmanusia.

c. Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari katamos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yangsecara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yangdigunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapatmengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-samamembahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan munculdalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah lakumanusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etikadipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asingdisebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb,fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusanuntuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujudrasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima olehmasyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinyadapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang beradadalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebihmengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh

masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akanmemberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut adayang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukansuatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
d. Karakteristik dalam ajaran Islam
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaranIslam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihatdari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namundalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika danmoral.Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat local dantemporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perludipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etikaatau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etikaterbatas pada sopan santun antara sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengantingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itutidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam)mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesamemakhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
3.Penutup
Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susiladan akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yangdilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-samamenghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dantentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakanuntuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an dan al-hadis.Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susilalebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik- buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan danmembutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dansusila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakuisebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak  berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis.Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak  berasal dari Tuhan


12 09 2008
Oleh AHMAD SAHIDIN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti ataukelakuan. Kata akhlak walau pun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yangtercantum dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” (QS.Al-Qalam : 4).Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. salahsatunya hadis yang berbunyi: “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yangmulia”.Bertitik tolak dari pengertian bahasa ini, akhlak bisa dimaknai sebagai kelakuan manusiayang beraneka ragam. Keanekaragaman kelakuan ini antara lain, nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan ituditujukan.Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan—jika terjadi—terletak pada bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yangdisebut ma’ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya bentuk penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-bedaantara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi yang lain.Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik (ma’ruf).Kembali kepada persoalan kecenderungan manusia terhadap kebaikan, atau pandangantentang kesucian manusia sejak lahir, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun antara lainmenginformasikannya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah), hanya sajakedua orang-tuanya (lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”(HR.Bukhari).Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. bernama Wabishah bin Ma’bad berkunjung kepada Nabi Saw., lalu beliau menyapanya dengan bersabda:“Engkau datang menanyakan kebaikan?”“Benar, wahai Rasul,” jawab Wabishah.“Tanyailah hatimu! Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yangtenteram terhadap hati. Sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan
membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa” (HR Ahmad dan Ad-Darimi).Pengertian akhlaq menurut para ahli :1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlaq adalah suatu gejala kejiwaan yang sudahmapan dan menetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul dan terungkap perbuatandengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.2. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq, mendifinisikan bahwaakhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong untuk melakukan perbuatan- perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.3. Prof. Ahmad Amin, mendifinisikan akhlaq adalah adatul iradah (kehendak yangdibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan).Adapun ruang lingkup akhlaq terbagi dalam beberapa bagian :1. Akhlaq terhadap Kholik Allah menciptakan manusia hanya untuk menghiasi dan meramaikan dunia. Tidak hanyasebagai kelengkapan, tetapi berfungsi sebagai makhluk. Allah SWT adalah Al-Khaliq(Maha pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah. Hal ini menunjukkan kepada sifat manusia sebagai hamba.Kewajiban manusia terhadap Allah SWT Di antaranya :Kewajiban diri kita terhadap Allah, dengan ibadah shalat, dzikir, dan doaKewajiban keluarga kita terhadap Allah, adalah dengan mendidik mereka , anak dan isteriagar dapat mengenal Allah dan mampu berkomunikasi dan berdialog dengan Allah.Kewajiban harta kita dengan Allah adalah agar harta yang kita peroleh adalah harta yanghalal dan mampu menunjang ibadah kita kepada Allah serta membelanjakan harta itudijalan Allah.2. Akhlaq terhadap Mahkluk Prinsip hidup dalam Islam termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesamaorang-orang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibaratsatu jasad, dimana satu anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyaihubungan yang erat. Hak orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :Apabila berjumpa maka ucapkanlah salamApabila ia mengundangmu maka penuhilah undangan ituApabila meminta nasehat maka berilah nasihatApabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlahApabila ia sakit maka tengoklahApabila ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya


C.

MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK Berkenaan dengan manfaat mempelajari ilmu akhlak ini, Ahmad Aminmengatakan sebgaai berikut :Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya yang menyebabkan kitadapat menetapkan sebagian perbuatan yang lainnya sebagai yang baik dansebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik,sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilkinya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk  pebuatan buruk.Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialahuntuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan marahsehinggahati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima NUR cahayaTuhan.Seseorang yang memmpelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentangcriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan danmewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yangmemiliki IPTEK yang majudisertaiakhlak yang mulia, niscayailmupengetahuaanyang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidupmanusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologimodern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya akanmenimbulkan bencana dimuka bumi.Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yangakan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuanuntuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasahamelakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.

A.Pendahuluan
Istilah
tasawwuf 
tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam pertama(sahabat) dan kedua (
tabiin
),
ilmu tasawwuf 
menurut Ibn Khaldun merupakan ilmu yanglahir kemudian dalam Islam, karena sejak masa awalnya para sahabat dan tabiin sertagenearasi berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang kepada ajaran Al-Quran danSunnah Nabi) dalam kehidupannya, gemar beribadah, berdzikir dan aktifitas rohanilainya dalam hidupnya. Akan tetapi setelah banyak orang islam berkecimpung dalammengejar kemewahan hidup duniawi pada abad kedua dan sesudahnya, maka orang – orang mengarahkan hidupnya kepada ibadat disebut
 suffiyah
dan
mutasawwifin.
 [ 
1] 

 Nahinsan pilihan inilah kemudian yang mengembangkan dan mengamalkan
tasawwuf 
sehingga diadopsi pemikirannya sampai sekarang ini.
 Akhlak 
dilihat dari sudut bahasa (
etimologi
) adalah bentuk jamak dari kata
khulk,
dalam kamus
 Al-Munjid 
 berarti budi pekerti, perangkai tingkah laku atau tabiat.
[
2]Didalam
Da`iratul Ma`arif 
, akhlak ialah sifat – sifat manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian
akhlak 
adalah sifat – sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanamdalam jiwanya

dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik,disebut
akhlak 
yang

mulia, sedangkan perbuatan buruk disebut
akhlak 
yang tercela sesuaidengan

 pembinaannya.
[
3]

Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk menetapkannilainya, baik atau buruk, dan daerah pembahasan akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat.Dalam perspektif perbuatan manusia, tindakan atau perbuatan dikategorikanmenjadi dua,yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja
(akhlaki)
dan perbuatan yanglahir tanpa kehendak dan tak disengaja. Nah disinilah ada titik potong antara tasawwuf dengan akhlak yang akan dibahas pada makalah ini.[[[

B.Hubungan antara akhlak dan tasawuf 
Ilmu
tasawwuf 
 pada umumnya dibagi menjadi tiga, pertama
tasawwuf falsafi,
yakni
tasawwuf 
yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran,
tasawwuf 
modelini menggunakan bahan – bahan kajian atau pemikiran dari para
tasawwuf,
 baik menyangkut filsafat tentang Tuhan manusia dan sebagainnya. Kedua,
tasawwuf akhlaki
,yakni
tasawwuf 
yang menggunakan pendekatan akhlak. Tahapan – tahapannya terdiridari
takhalli
(mengosongkan diri dari akhlak yang buruk),
tahalli
(menghiasinya denganakhlak yang terpuji), dan
tajalli
(terbukanya dinding penghalang [hijab] yang membatasimanusia dengan Tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas padanya). Dan ketiga,
tasawwuf amali
, yakni tasawwuf yang menggunakan pendekatan amaliyah atau wirid, kemudianhal itu muncul dalam tharikat.Sebenarnya, tiga macam
tasawwu
f tadi punya tujuan yang sama, yaitu sama – sama mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yangtercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji (
al-akhlaq al-mahmudah
),karena itu untuk menuju wilayah
tasawwuf,
seseorang harus mempunyai akhlak yangmulia berdasarkan kesadarannya sendiri.
 Bertasawwuf 
 pada hakekatnya adalahmelakukan serangkaian ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itusendiri sangat berkaitan erat dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajaritasawwuf sangat erat kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkanakhlak. Cara beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yangmulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi dikenal istilah
altakhalluq

bi akhlaqillah,
yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau jugaistilah
al-ittishaf bi sifatillah,
yaitu mensifati diri dengan sifat – sifat yang dimiliki olehAllah.Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan salah satuajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf akhlaki adalah mengisikalbu (hati) dengan sifat
khauf 
yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah. Kemudian,dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam
tasawwuf 

amali
, ada dua

macam hal yang disebut ilmu lahir dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok,yaitu
 syariat, tharikat, hakikat, dan ma`rifat 
.


0 comments:

 
TOP