AKHLAK
Akhlak berasal dari kata “akhlaq”
yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai,
budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaituAkhlak yang Mulia atau
Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau
Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).Akhlak yang mulia, menurut Imam
Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,memelihara diri dari sesuatu yang tidak
baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawanafsu) dan bersifat adil. Jelasnya,
ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluargadan negara, hidup
bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama,senantiasa
bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan,
berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak
mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai
oleh Allah SubhanahuWataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir,
Syauqi Bei:
"Hanya saja bangsaitu kekal selama
berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsaitu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak
yang diridai oleh Allah SWT , akhlak yang baik itu dapat
diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan
mematuhisegala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti
ajaran-ajaran darisunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang
ma’ruf dan menjauhi yangmunkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110
yang artinya
“Kamu adalahumat yang terbaik untuk
manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman
kepada Allah”
Akhlak yang buruk itu berasal
dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub,dengki, sombong, nifaq
(munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit- penyakit
hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai
macamkerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya
maupun kerusakanlingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam
membentuk masyarakatyang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran
pada bumi ini, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum
ayat 41 yang berarti:
"Telah timbul pelbagai kerusakan dan
bencana alam
Di darat dan
Di laut dengan sebabapa yang telah
Dilakukan oleb tangan manusia.
(Timbulnya yang demikian) karena Allahhendak merusakan mereka sebagai dari
balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali (insaf dan bertaubat)".
ISLAM MENGUTAMAKAN
AKHLAK
Mungkin banyak diantara kita kurang
memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisikita mengutamakan tauhid yang memang
merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan
mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurangdiperhatikan.
Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari
kalangan awam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar
samaorang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga
tidak pedulian…”, dan lain-lain
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang
semisal dengan ini menjadicambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi
akhlak. Islam bukanlah agamayang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan
akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang
memang seharusnya kita utamakan,namun tidak berarti mengabaikan perkara
penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyaihubungan yang erat. Tauhid merupakan
realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allahdan ini merupakan pokok inti
akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia
adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorangmaka semakin
baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang
buruk berarti lemah tauhidnya.
RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN
AKHLAK
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita
yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau
sebagaimana firmanNya dalam surat AlQalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu
‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwakedatangannya adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia,“Hanyalah aku diutus (oleh
Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihatAsh Shahihah oleh Asy
Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah
manusia yang paling baik budi pekertinya.”
(HR.Bukhari dan Muslim).Dalam hadits lain Anas memuji
beliau shalallahu ‘alahi wasallam :
“Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal
atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangidari bau Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah
shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan
saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan
itu ?”
(HR. Bukhari dan Muslim).Akhlak merupakan tolak ukur
kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimanatelah disabdakan oleh Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya
ialah yang terbaik akhlaknya.”
(HR Tirmidzi, dari abuHurairah radhiallahu ‘anhu,
diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalamAsh Shahihah No.284
dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah binamr bin Al ‘Ash
radhiallahu ‘anhuma disebutkan :
“Sesungguhnya sebaik-baik kalianialah yang terbaik
akhlaknya.”
KEUTAMAAN AKHLAK
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu
saat Rasulullah pernahditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk
syurga. Beliau shalallahu ‘alaihiwasallam menjawab :
“Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.”
(Hadits ShahihRiwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh
Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627,tahqiq Rabbah dan Daqqaq).Tatkala
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliaushalallahu
‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengannasehat
untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari
abidzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bertaqwalah
kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi
kejelekan dan bergaullah denganmanusia dengan akhlak yang baik.”
(HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dandishahihkan
oleh syaikh Al Salim Al Hilali).Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat
tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan
seorang hamba) adalah akhlak yang baik.”
(HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat
ash Shahihah Juz 2hal 535).Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang
paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik
budi pekertinya.”
(HR. Tirmidzidengan sanad hasan. Diriwayatkan juga
oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban.Lihat Ash shahihah Juz 2 hal
418-419).Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang
paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya
setiap muslimahmengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu
diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut
selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat
yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yangdianggap baik oleh adat bernilai
jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.Jelas bagi kita bahwa
semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalahtermasuk akhlak.
Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan
keluasan ilmu- Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi
hamba-hamba-Nya. WallahuTa’ala a’lam
Akhlak, Etika, Moral
(Tinjauan Definitive dan Karakteristik Dalam Ajaran
Islam)
1.Pendahuluan
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai denganmenjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana
dengan adanya akhlak yang baik.Kepercayaan
yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yangdilakukan
hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturanyang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya
kebahagiaan tersebut.Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yangmenetukan corak hidup
manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakanyang didasarkan
atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susilaadalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila
dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang
dirinya sendiri, dimana manusiamelihat atau merasakan diri sendiri
sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulahmembedakan halal dan haram,
hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipundia bisa melakukan.
Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada halyang baik dan buruk atau patut tidak patut,
karena hanya manusialah yang mengertidirinya sendiri, hanya manusialah
yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu
dilakukan. Sehinggasebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.[1]
2.Pembahasan
Dalam berbagai literature tentang
ilmu akhlak islami, dijumpai uraian tentang akhlak yang secara garis besar dapat
dibagi dua bagia, yaitu; akhlak yang baik (akhlak
al-karimah), dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan
dan amanah misalnya termasuk dalam akhlak yang baik.
Sedangkan berbuat yang dhalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir dan
curang termasuk dalamakhlak yang
buruk.Secara teoritis macam-macam akhlak tersebut berinduk pada tiga perbuatan
yang utama,yaitu hikmah (bijaksana), syaja'ah (perwira/ksatria) dan iffah
(menjaga diri dari perbuatandosa dan maksiat).Hukum-hukum akhlak ialah
hokum-hukum yang bersangkut paut dengan perbaikan jiwa(moral); menerangkan sifat-sifat yang
terpuji atau keutamaan-keutamaan yang harusdijadikan
perhiasan atau perisai diri seseorang seperti jujur, adil, terpercaya, dan
sifat-sifat yang tercela yang harus dijauhi oleh seseorang seperti bohong,
dzalim, khiana
Sifat-sifat tersebut diterangkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah dan secara Khususdipelajari dalam Ilmu Akhlak (etika) dan Ilmu Tasawuf.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan
pendekatan terminologik (peristilahan).Dari
sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar
(bentuk infinitive) dari
kata al-akhlaqa, yukhliqu,
ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasimajid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah
(kelakuan, tabiat,watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah
(peradaban yang baik) dan al-din(agama). Namun
akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas,
sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan
denganini,
maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa
secara linguistic, akhlak merupakanisim jamid atau isim ghair mustaq,
yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkankata tersebut memang
sudah demikian adanya.Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.
Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yangselanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnyasecara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yangmendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagaihujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai
paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Definisi-definisi
akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinyakita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,sehingga
telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
tidak berarti bahwa saat melakukansesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diriorang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukandengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalandengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena
ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingindipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian.[3]
b. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal
usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, etika diartikanilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan initerlihat
bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.Adapun arti etika dari segi istilah, telah
dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etikaadalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnyadilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnyadiperbuat.Berikutnya,
dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitustudi yang sitematik mengenai sifat dasar dari
konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan
sebagainya.Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungandengan
empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya,
etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segisumbernya, etika bersumber pada
akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran,maka etika tidak bersifat
mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika jugamemanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti ilmuantropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik,
ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga,dilihat dari segi fungsinya, etika
berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadapsesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akandinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah
perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.Etika lebih mengacu kepada pengkajian
sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat darisegi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutanzaman.Dengan
cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuanyang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof baratmengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika,karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis danantroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola
tingkah laku yang dihasulkan oleh akalmanusia.
c. Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa
latin, mores yaitu jamak dari katamos yang
berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa
moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas
dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yangsecara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami
bahwa moral adalah istilah yangdigunakan untuk memberikan batasan
terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar
atau salah.Jika pengertian etika dan moral
tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapatmengetakan bahwa antara
etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-samamembahas tentang
perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia
baik atau buruk menggunakan tolak ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung
di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis
dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran
realitas dan munculdalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.Dengan
demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah
lakumanusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan.Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etikadipakai
untuk pengkajian system nilai yang ada.Kesadaran
moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asingdisebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan
qalb,fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib
atau keharusanuntuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral
dapat juga berwujudrasional dan objektif,
yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima olehmasyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinyadapat
disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang beradadalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral
dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.Berdasarkan pada uraian diatas,
dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebihmengacu kepada suatu nilai
atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini
oleh masyarakat sebagai yang akanmemberikan
harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut adayang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika
nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran
moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukansuatu
perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.
d. Karakteristik dalam ajaran
Islam
Secara sederhana akhlak
Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan
ajaranIslam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di
belakang kata akhlak dalam hal
menempati posisi sebagai sifat.Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya
yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihatdari segi
sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namundalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia
dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika
danmoral.Dengan kata lain akhlak
Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai
universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui
nilai-nilai bersifat local dantemporal sebagai penjabaran atas
nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perludipertegas disini,
bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etikaatau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan
dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami).
Hal yang demikian disebabkan karena etikaterbatas pada sopan santun antara
sesame manusia saja, serta hanya berkaitan dengantingkah laku lahiriah. Jadi
ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itutidak berarti
akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.Ruang lingkup
akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam)mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak
terhadap Allah, hingga kepada sesamemakhluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
3.Penutup
Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat
dikatakan bahwa etika, moral, susiladan akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yangdilakukan
manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-samamenghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dantentram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.Perbedaaan
antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam
etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada
moral dan susila berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka
pada akhlak ukuran yang digunakanuntuk menentukan baik buruk itu adalah
al-qur'an dan al-hadis.Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya.
Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susilalebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,sedangkan moral dan susila bersifat local dan
individual. Etika menjelaskan ukuran baik- buruk, sedangkan moral dan
susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan danmembutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan
dengan jelas bahwa etika, moral dansusila
berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakuisebagai yang bermanfaat dan baik bagi
kelangsungan hidup manusia. Sementara
akhlak berasal dari wahyu,
yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis.Dengan kata lain
jika etika, moral dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan
12 09 2008
Oleh AHMAD SAHIDIN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak
diartikan sebagai budi pekerti ataukelakuan. Kata akhlak walau pun terambil
dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan
agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan
hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yangtercantum dalam Al-Quran
surat Al-Qalam ayat 4, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi
pekerti yang agung” (QS.Al-Qalam : 4).Kata akhlak banyak ditemukan di dalam
hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. salahsatunya hadis yang berbunyi: “Aku hanya
diutus untuk menyempurnakan akhlak yangmulia”.Bertitik tolak dari pengertian
bahasa ini, akhlak bisa dimaknai sebagai kelakuan manusiayang beraneka ragam.
Keanekaragaman kelakuan ini antara lain, nilai kelakuan yang berkaitan
dengan baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan
ituditujukan.Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan
konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan—jika
terjadi—terletak pada bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak
sempurna terhadap konsep-konsep moral, yangdisebut ma’ruf dalam bahasa
Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan,
atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan
kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya bentuk
penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya
berbeda-bedaantara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat
pada generasi yang lain.Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh
masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai
baik (ma’ruf).Kembali kepada persoalan kecenderungan manusia terhadap kebaikan,
atau pandangantentang kesucian manusia sejak lahir, hadis-hadis Nabi
Muhammad Saw. pun antara lainmenginformasikannya: “Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan suci (fithrah), hanya sajakedua orang-tuanya (lingkungannya)
yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”(HR.Bukhari).Seorang sahabat Nabi
Muhammad SAW. bernama Wabishah bin Ma’bad berkunjung kepada Nabi Saw.,
lalu beliau menyapanya dengan bersabda:“Engkau datang menanyakan
kebaikan?”“Benar, wahai Rasul,” jawab Wabishah.“Tanyailah hatimu! Kebajikan
adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yangtenteram terhadap hati.
Sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan
membimbangkan dada, walaupun setelah orang
memberimu fatwa” (HR Ahmad dan Ad-Darimi).Pengertian akhlaq menurut para ahli
:1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlaq adalah suatu gejala kejiwaan
yang sudahmapan dan menetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul dan terungkap
perbuatandengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.2. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq,
mendifinisikan bahwaakhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong untuk
melakukan perbuatan- perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.3. Prof.
Ahmad Amin, mendifinisikan akhlaq adalah adatul iradah (kehendak
yangdibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan).Adapun ruang lingkup akhlaq
terbagi dalam beberapa bagian :1. Akhlaq terhadap Kholik Allah menciptakan
manusia hanya untuk menghiasi dan meramaikan dunia. Tidak hanyasebagai
kelengkapan, tetapi berfungsi sebagai makhluk. Allah SWT adalah Al-Khaliq(Maha
pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia wajib tunduk kepada
peraturan Allah. Hal ini menunjukkan kepada sifat manusia sebagai
hamba.Kewajiban manusia terhadap Allah SWT Di antaranya :Kewajiban diri kita
terhadap Allah, dengan ibadah shalat, dzikir, dan doaKewajiban keluarga kita
terhadap Allah, adalah dengan mendidik mereka , anak dan isteriagar dapat
mengenal Allah dan mampu berkomunikasi dan berdialog dengan Allah.Kewajiban
harta kita dengan Allah adalah agar harta yang kita peroleh adalah harta
yanghalal dan mampu menunjang ibadah kita kepada Allah serta membelanjakan
harta itudijalan Allah.2. Akhlaq terhadap Mahkluk Prinsip hidup dalam
Islam termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesamaorang-orang beriman. Kedudukan
seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibaratsatu jasad, dimana satu
anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyaihubungan yang erat. Hak
orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :Apabila berjumpa maka ucapkanlah
salamApabila ia mengundangmu maka penuhilah undangan ituApabila meminta nasehat
maka berilah nasihatApabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlahApabila
ia sakit maka tengoklahApabila ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya
C.
MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK Berkenaan dengan
manfaat mempelajari ilmu akhlak ini, Ahmad Aminmengatakan sebgaai berikut :Tujuan
mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya yang menyebabkan kitadapat
menetapkan sebagian perbuatan yang lainnya sebagai yang baik dansebagian
perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik,sedangkan
berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilkinya
termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang
termasuk pebuatan buruk.Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa
tujuan perbaikan akhlak itu, ialahuntuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran
hawa nafsu dan marahsehinggahati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang
dapat menerima NUR cahayaTuhan.Seseorang yang memmpelajari ilmu ini akan
memiliki pengetahuan tentangcriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya
ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang
buruk.Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan
danmewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang
yangmemiliki IPTEK yang majudisertaiakhlak yang mulia,
niscayailmupengetahuaanyang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk kebaikan hidupmanusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologimodern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai
dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang
akibatnya akanmenimbulkan bencana dimuka bumi.Demikian juga dengan mengetahui
akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yangakan ditimbulkan darinya, menyebabkan
orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang
demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat
membahyakan dirinya.Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu
Akhlak bertujuanuntuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang
baik ia beruasahamelakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.
A.Pendahuluan
Istilah
tasawwuf
tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam pertama(sahabat) dan kedua (
tabiin
),
ilmu tasawwuf
menurut Ibn Khaldun merupakan ilmu yanglahir kemudian dalam Islam, karena sejak masa
awalnya para sahabat dan tabiin sertagenearasi berikutnya telah memilih
jalan hidayah (berpegang kepada ajaran Al-Quran danSunnah Nabi) dalam kehidupannya, gemar beribadah, berdzikir dan aktifitas rohanilainya dalam hidupnya. Akan tetapi setelah banyak
orang islam berkecimpung dalammengejar kemewahan hidup duniawi pada abad kedua
dan sesudahnya, maka orang – orang mengarahkan hidupnya kepada ibadat
disebut
suffiyah
dan
mutasawwifin.
[
1]
Nahinsan pilihan inilah kemudian yang mengembangkan dan mengamalkan
tasawwuf
sehingga diadopsi pemikirannya sampai sekarang ini.
Akhlak
dilihat dari sudut bahasa (
etimologi
) adalah bentuk jamak dari kata
khulk,
dalam kamus
Al-Munjid
berarti budi pekerti, perangkai tingkah laku atau tabiat.
[
2]Didalam
Da`iratul Ma`arif
, akhlak ialah sifat – sifat
manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian
akhlak
adalah sifat – sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanamdalam jiwanya
dan selalu ada padanya. Sifat
itu dapat lahir berupa perbuatan baik,disebut
akhlak
yang
mulia, sedangkan perbuatan buruk disebut
akhlak
yang tercela sesuaidengan
pembinaannya.
[
3]
Pokok pembahasan akhlak tertuju
pada tingkah laku manusia untuk menetapkannilainya, baik atau buruk, dan daerah pembahasan akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun
masyarakat.Dalam perspektif perbuatan manusia, tindakan atau perbuatan dikategorikanmenjadi
dua,yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja
(akhlaki)
dan perbuatan yanglahir
tanpa kehendak dan tak disengaja. Nah disinilah ada titik potong antara
tasawwuf dengan akhlak yang akan dibahas pada makalah ini.[[[
B.Hubungan antara akhlak dan
tasawuf
Ilmu
tasawwuf
pada umumnya dibagi menjadi
tiga, pertama
tasawwuf falsafi,
yakni
tasawwuf
yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran,
tasawwuf
modelini menggunakan bahan – bahan kajian atau pemikiran dari para
tasawwuf,
baik menyangkut filsafat tentang Tuhan
manusia dan sebagainnya. Kedua,
tasawwuf akhlaki
,yakni
tasawwuf
yang menggunakan pendekatan
akhlak. Tahapan – tahapannya terdiridari
takhalli
(mengosongkan diri dari akhlak yang buruk),
tahalli
(menghiasinya denganakhlak yang terpuji), dan
tajalli
(terbukanya dinding penghalang [hijab] yang
membatasimanusia dengan Tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas padanya). Dan
ketiga,
tasawwuf amali
, yakni tasawwuf yang menggunakan
pendekatan amaliyah atau wirid, kemudianhal itu
muncul dalam tharikat.Sebenarnya, tiga macam
tasawwu
f tadi punya tujuan yang sama,
yaitu sama – sama
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yangtercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji (
al-akhlaq al-mahmudah
),karena itu untuk
menuju wilayah
tasawwuf,
seseorang harus mempunyai akhlak
yangmulia berdasarkan kesadarannya sendiri.
Bertasawwuf
pada hakekatnya adalahmelakukan serangkaian ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itusendiri sangat berkaitan erat dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajaritasawwuf sangat erat kaitannya
dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkanakhlak.
Cara beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yangmulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di
kalangan kaum sufi dikenal istilah
altakhalluq
bi akhlaqillah,
yaitu berbudi pekerti dengan budi
pekerti Allah, atau jugaistilah
al-ittishaf bi sifatillah,
yaitu mensifati diri
dengan sifat – sifat yang dimiliki olehAllah.Jadi
akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan salah satuajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari
ajaran tasawwuf akhlaki adalah mengisikalbu (hati) dengan sifat
khauf
yaitu merasa khawatir terhadap siksaan Allah.
Kemudian,dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang dipelajari dalam
tasawwuf
amali
, ada dua
macam hal yang disebut ilmu lahir
dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok,yaitu
syariat, tharikat, hakikat, dan ma`rifat
.
0 comments:
Post a Comment