AKHLAK ISLAMI DAN PEMBENTUKAN AKHLAK
A.PENDAHULUAN
Dewasa ini, ilmu pengetahuan sangatlah
penting sekali, dengan ilmu pengetahuan maka intelektual seseorang dapat
berkembang. Sebagai seorang muslim, kita pun dituntut harus mengetahui banyak
hal. Misalnya dalam pembahasan makalah ini, kita harus bisa mengetahui
apa pengertian dari Akhlak Islami dan Pembentukan Akhlak. Bukan hanya itu, kita
juga harus tahu apa saja yang masuk dalam ruang lingkup akhak islami, faktor
pembentuk akhlak, dan sumber dari akhlak Islam. Ini adalah salah satu contoh,
mengapa kita harus memiliki pengetahuan yang luas, agar kita bisa menjawab,
menganalisis dan menghasilkan sesuatu yang bergu
B.PEMBAHASAN
1.Pengertian Akhlak Islami[1]
Secara sederhana akhlak islami dapat
diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajara islam atau akhlak yang bersifat
islami. Kata islam yang berada di belakag kata akhlak dalam hal menempati
sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan
sebenarnya yang didasarkan pada islam. Dilihat dari segi sifatnya yang
universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka
menjabarkan akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain Akhlak Islami adalah
akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar
bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal
sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Sebagai contoh yaitu
menghormati kedua orang tua, adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal.
Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu dapat dimanifestasikan
oleh hasl pemikiran menusia yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi di mana
orang yang menjabarkan nilai universal itu berada.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat
disamakan dengan etika atau moral, walau etika dan moral itu di perlukan dalam
rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini
disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja,
serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan
untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat
dijabarkan sepenuhnya oleh etika dan moral.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab
lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu secara
mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang
berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang
menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini
mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan
Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti aik dalam esensinya. Demikian
pula sebaliknya, tidak munkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena
kebohongan esensinya buruk.
2.Sumber akhlak Islam
Akhlak yang benar akan terbentuk bila
sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama
hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan
suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan
oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai
makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.
3.Faktor- faktor Pembentuk Akhlak
a. Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya: seseorang yang berasal dari
daerah Sumatera Utara cenderung berbicara “keras”, tetapi hal ini bukan
melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat
memperhalus dan memperbaikinya.
b. An-Nafsiyyah
(Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang
ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan
berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits).
Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda
dengan keluarga yang orangtuanya lengkap.
c. Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang
mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam
pembentukan akhlak seseorang.
d. Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak
Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang
merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata
mencari keridhaan Allah.
4.Ruang Lingkup Akhlak Islami
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama
dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan
pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami) mencangkup berbagai aspek, dimulai
dari akhlak terhadap Allah, hinga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,
tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup
akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut :
1) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,
kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri
perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas. Sekurang-kurangnya ada
empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena
Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah
yang diproses menjadi benih. Degan demikian sebagai yang diciptakan sudah
sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :
فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَـٰنُ مِمَّ خُلِقَ (٥) خُلِقَ مِن مَّآءٍ۬ دَافِقٍ۬ (٦) يَخۡرُجُ مِنۢ بَيۡنِ ٱلصُّلۡبِ
وَٱلتَّرَآٮِٕبِ (٧)
Artinya : “Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”
Kedua, karena Allah-lah yang telah
memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal
pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna
kepada manusia.
Ketiga, karena Allah-lah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan
manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakuka dalam
berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa
kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya da
bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selal bedoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu
mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak
akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain
Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan
manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada
Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut
dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu denganmenjadikan
Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan
Al-Qur’an berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai
hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar,
melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib
seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil
memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.
قَوۡلٌ۬ مَّعۡرُوفٌ۬ وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٌ۬ مِّن
صَدَقَةٍ۬ يَتۡبَعُهَآ أَذً۬ىۗ وَٱللَّهُ غَنِىٌّ حَلِيمٌ۬
Artinya : “Perkataan yang baik dan
pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”(QS.
Al-Baqarah ;263)
Disisi lain Al-Qur’an menerangkan bahwa
setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain
tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan
adalah ucapan yang baik.
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَـٰقَ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ لَا
تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَانً۬ا وَذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ
وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰڪِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنً۬ا وَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّڪَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلاً۬
مِّنڪُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim,
dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji
itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”
(QS.Al-Baqarah : 83)
Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan
yang benar,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar” (QS.
Al-ahzab :70)
Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok
lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan
keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk.
Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini
hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula
melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai
mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepetingan sendiri.
3) Akhlak terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini
ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan,
serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak
dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar,
karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai
tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu
menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang
sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga
ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Binatang,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT,
dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya.
Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah
“umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Pada saat jaman peperangan terdapat
petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap
menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali
kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan
dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman
:
مَا قَطَعۡتُم مِّن لِّينَةٍ أَوۡ تَرَڪۡتُمُوهَا
قَآٮِٕمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَلِيُخۡزِىَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ
Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari
pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri
di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia
hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)
Alam dengan segala isinya telah ditundukan
Tuhan kepada manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika
demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan dengan alam.
Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus dapat bersahabat.
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan
kelestarian dan keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah
kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri
makanlah dengan baik “.
Uraian tersebut di atas memperlihatkan
bahwa akhlak Islami sangat komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai
makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakuka karena secara
fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah
dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negative
bagi makhluk lainnya.
4) Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu faktor yang
menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah
cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak
merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah.
“Paling sempurna orang mukmin imannya
adalah yang paling luhur aqidahnya.”(HR.Tirmidi).
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji
itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia
keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu
Ya’la).
Akhlak adalah buah dari ibadah.
ٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأَقِمِ
ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ
وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Artinya : “Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, Yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. 29:45)”
Keluhuran akhlak merupakan amal terberat
hamba di akhirat,“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada
hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang
manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan
eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT.
“Sesungguhnya termasuk insan pilihan di
antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya” (Muttafaq ‘alaih).
5) Cara Mencapai Akhlak Mulia
1. Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber
Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa
Allah selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik,
balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap
menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan
dibalas dengan syurga dan kenikmatannya.
2. Pendekatan secara langsung
Artinya melaui Al-Qur’an. Sebagai seorang
muslim harus menerima Al-Qur’an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang
tertera di dalamnya wajib diikuti. Misalnya, Al-Qur’an melarang untuk saling
berburuk sangka firman Allah dalam QS. 49:12
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا
مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب
بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا
فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬ رَّحِيمٌ۬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.”
3. Pendekatan tidak secara langsung
Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman
masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan
terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang.
Dari hal di atas, intinya adalah latihan
dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan
kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang
terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Allah dan
takut akan siksa-Nya.
6) Prinsip Dasar Akhlak Dalam Islam[2]
Islam adalah agama yang sangat mementingkan
Akhlak dari pada masalah-masalah lain. karena misi Nabi Muhammad diutus untuk
menyempurnakan Akhlak. Hal itu dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi
Akhlak yang sangat semrawut tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang
menyimpang seperti minum khomer dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan
dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi setelah mereka.
Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama nabi mengalami
kesulitan.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada
Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai
Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai
motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam
tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret. Dalam hubungan ini Abu
Huroiroh meriwayatkan hadist dari Rasulullah SAW:
Artinya : "Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu
ialah yang paling baik kepada istrinya.”
Al-Qur'an menggambarkan bahwa setiap orang
yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti
pohon iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24-27 :
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلاً۬ كَلِمَةً۬
طَيِّبَةً۬ كَشَجَرَةٍ۬ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٌ۬ وَفَرۡعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ
(٢٤) تُؤۡتِىٓ أُڪُلَهَا كُلَّ حِينِۭ بِإِذۡنِ
رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَڪَّرُونَ
(٢٥) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ۬ كَشَجَرَةٍ
خَبِيثَةٍ ٱجۡتُثَّتۡ مِن فَوۡقِ ٱلۡأَرۡضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ۬ (٢٦) يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِۖ وَيُضِلُّ
ٱللَّهُ ٱلظَّـٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ (٢٧) [3]
Artinya : "Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki".
Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh
bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan santun tutur
katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau
melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan.
7) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
ü Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan
perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang
( dalam bahasa Arabgharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa
manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai
motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
·
Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah
membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
·
Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam Al-Quran
diterangkan:
"Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak".
·
Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan
orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
·
Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia
untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
·
Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan
penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang
secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
ü Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan
perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia,
apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
ü Wirotsah (keturunan) adapun warisan adalah:
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari
pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak
merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu
mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
ü MILIEU
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang
hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang
mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2
macam:
·
Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan
faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam
mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada
zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi
masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas
dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari
masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
·
Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan
manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam
pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya,
begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan
yang diberikan oleh guru-guru disekolah.
C. KESIMPULAN
Simpulan yang dapat disampaikan penulis
dari makalah ini yaitu Akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan
dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan
dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan
dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara, da lain sebagainya. Dengan cara
demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan eksistensinya di
dunia ini.
Allah adalah Khalik yang menciptakan segala
sesuatu di luar diri-Nya. Sedangkan segala sesuatu yang diciptakan-Nya disebut
makhluk. Manusia dan segala sesuatu yang menyertainya adalah juga makhluk.
Akhlak ialah semua tingkah laku dan gerak-gerik makhluk dan yang dimaksud
makhluk di sini (telah dipersempit) ialah manusia (hanya menyangkut tingkah
laku manusia saja).
Sumber dari Akhlak Islami yaitu Al-Qur’an
dan As-sunnah. Banyak faktor yang dapat membentuk akhlak seseorang yaitu,
faktor genetic, faktor lingkungan (social), faktor psikologis, dan faktor nilai
Islami seseorang.
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada
Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada iman sebagai
Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai
motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam
tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.quranexplorer.com/quran/
0 comments:
Post a Comment