TINJAUAN
FILSAFAT TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
yang di ampu oleh Bpk
.Drs
Disusun oleh :
1. M. Usman
2. M. Sahri. A A
3. M. Sofi Ardani
4. M. Husni Mubarok
5. Milla Jauza’
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL – QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan
tujuan yang ingin dicapai. Akan sulit kita bayangkan dalam benak, jika suatu
kegiatan tanpa memiliki tujuan yang jelas. Karena pentingnya tujuan tersebut,
banyak kita jumpai kajian kajian yang sungguh-sungguh di kalangan para ahli
mengenai tujuan tersebut. Berbagai buku yang mengkaji masalah pendidikan Islam
senantiasa berusaha merumuskan tujuan yang baik secara umum maupun secara
khusus.
Pendidikan Islam secara
fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al
insan al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang
kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa
individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat
ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan masa depan umat, maka
pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan yang akan
ditransformasikan kepada peserta didik agar menjadi milik dan kepribadian
sesuai dengan idealitas Islam. Untuk itu perlu dirancang suatu bentuk kurikulum
pendidikan Islam yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai asasi ajaran Islam. Dalam
kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu memberikan kompas atau
arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang Islami.
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya
suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak
memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentranspormasikannya kepada peserta
didik. Ketidak tepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat
proses belajar mengajar yang akan berakibat terbuangnya waktu dan tenaga.
Karenanya metode merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kepandidikan Islam.
Hal ini berarti metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan
Islam akan tercapai secara tepat guna manakala metode yang ditempuh benar-benar
tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
B. TINJAUAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Pendidikan Islam
Secara etimologi
kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari
dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah
ini pada mulanya digunakan dalam dunia olehraga. Berdasarkan pengertian ini,
dalam konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi “circle of instruction” yaitu
suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata Arab,
istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Apabila
pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti
jalan terang yang dilalui pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik
untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah
merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke
arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan
ketrampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam
bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, akan tetapi
hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna – baik sebagai
khalifah maupun ‘abd - melalu transformasi sejumlah pengetahuan
ketrampilan dan sikap mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan
Islam. Disinilah filsafat pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis
tentang hakikat pengetahuan, ketrampilanm dan sikap mental yang dapat dijadikan
pedoman dalam pembentukan manusia paripurna ( al- insan al-kamil).
Selain itu, ada pula
yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana
disebutkan di atas dipandang sudah ketinggalam zaman. Saylor dan Alexander,
mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata pelajaran,
akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.
2. Cakupan Kurikulum
Dengan demikian cakupan
bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada masa sekarang nampak
semakin luas. Berdasarkan pada perkembangan yang seperti ini, maka para
perancang kurikulum meliputi empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan
dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar. Kedua,
bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas,
dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang
isinya berupa mata pelajaran dalam silabus. Ketiga, bagian berisi metode
penyampaian. Keempat, bagian yang berisi metode penilaian dan pengukuran atas
hasil pengajaran tersebut.
3. Asas-Asas Kurikulum
Pendidikan Islam
Suatu kurikulum
pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung beberapa unsur
utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode
penilaian. Kesemuaannya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan
yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber-sumber tersebut dikatakan
sebagai asas-asas pembentukan kuriulum pendidikan.
Menurut mohammad al
Thoumy al Syaibany, asas-asa umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum
dalam pendidikan Islam adalah:
a. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada
dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar
falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah,
ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus
mengacu pada dua sumber utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Sementara sumber lainnya sering dikategorikan sebagai metode seperti ijma,
qiyas dan ihtisan.
Pembentukan kurikulum
pendiidkan Islam harus diletakan pada apa yang telah digariskan oleh 2 sumber
tersebut dalam rangka menciptakan mausia yang bertaqwa sebagai ‘abid dan
khalifah dimuka bumi.
b. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan
arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga
susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari
sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Secara
umum, dasar falsafah ini membawa konsekwensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan
Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai asasi ajaran Islam.
c. Asas Psikologis
Asas ini memberi arti
bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan mempertimbangkan
tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum
pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak
didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan
sosial, kebutuhan dan minat, kecakapan dan perbedaan individual dan aspek
lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis.
d. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum
pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang
telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai mahluk
sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini
dimaksudkan agar out-put yang diahasilkan menjadi manusia yang mampu mengambil
peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
Keempat asas tersebut
di atas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan Islam.
Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklah berdiri
sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat
membentuk kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan,
pengembangan potensinya sebagai khalifah, pengembangan kepribadiannya sebagai
individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
4. Kriteria Kurikulum
Pendidikan Islam
Berdasarkan pada
asas-asas tersebut, maka kurikulum pendidikan Islam menurut An Nahlawi harus pula memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Sistem dan
perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga
memiliki peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari penyimpangan dan
menyelamatkannya.
b. Kurikulum
hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas,
taat beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis,
fisik, sosial, budaya maupun intelektual.
c. Pentahapan serta
pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan peserta
didik maupun unisitas (kekhasan) terutama karakteristik anak-anak dan jenis
kelamin.
d. Dalam berbagai
pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum harus
memelihara kebutuhan nyata kahidupan masyarakat dengan tatap bertopang pada
cita ideal Islami, seperti tasa syukur dan harga diri sebagai umat Islam.
e. Secara keseluruhan
struktur dan organisasai kurikulum hendaknya tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan pertentngan dengan polah hidup Islami.
f. Hendaknya kurikulum
bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi
dalam kehidupan negara tertentu.
g. Hendaknya metoda
pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes sehingga dapat
disesuaikan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan individual dalam
menangkap dan mengolah bahan pelajaran.
h. Hendaknya
kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat membentuk
afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.
i. Kurikulum harus
memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan untuk
berjihad dan dakwah Islamiyah serta membangun masyarakat muslim dilingkungan
sekolah[1].
C. TINJAUAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP METODE
1. Pengertian Metode
Secara literal, metode
berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta
yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalam. Berarti metode
bararti jalan yang dilalui. Runes, secara teknis menerangkan bahwa metode
adalah:
a. Suatu prosedur yang
dipakai untuk mencapai suatu tujuan,
b. Suatu teknik
mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi
tertentu,
c. Suatu ilmu yang
merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Berdasarkan pendapat
Runes tersebut, maka bila dikaitkan dengan proses kependidikan Islam, metode
berarti suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikan (segi pendidik). Selain itu, dapat juga diartikan
teknik tertentu yang dipergunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu
(segi peserta didik), atau cara yang dipakai untuk merumuskan aturan-aturan
tertentu dari suatu prosedur (segi pembuat kebijakan). Dalam makalah ini,
batasan yang pertamalah yang akan menjadi fokus kajiannya.
2. Asas-Asas Umum
Metode Pendidikan Islam
Dalam hal ini
sesungguhnya asa-asanya tidak akan jauh berbeda dengan asa-asa pembentukan
kurikulum. Hal ini dikarenakan dalam proses pendidikan Islam, seluruh
komponennya merupakan satu kesatuan yang utuh yang membantuk suatu sistem[2].
Secara umum menurut
al-Syaibani, asas-asas metode pendidikan Islam adalah:
a. Asas Agama,
yaitu prinsip-prinsip, asas-asas, dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber
ajaran Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah)
b. Asas Biologis,
yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan
usia peserta didik.
c. Asas
Psikologi, yaitu prinsip yang lahir di atas pertimbangan kekuatan psikologis,
seperti Motovasi, kebutuhan, emosi, minat, bakat, sikap, keinginan, kecakapan
akal dan lain sebagainya.
d. Asas Sosial, yaitu
asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi,
kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan
berkembang.
3. Prinsip-prindip
Metode Pendidikan Islam
Dalam hal ini akan
membahas bagaimana menyajikan bahan dan materi yang terdapat dalam kurikulum
dalam suatu kegiatan pendidikan. Berikut ini dikemukakan beberapa ayat yang
dipergunakan sebagai rujukan pengembangan metode pendidikan Islam
a. Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu
sekalian. (Q. S. (33):21)
b. Artinya:
Serulah manusia kejalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Berdiskusilah dengan pelajaran yang baik (Q.S (16): 125); Ibrahim berkata:
Wahai anaku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka
pikirkanlah bagaimana pendapatmu? (Q.S ( 37): 102)
c. (Q.S.(42): 38). sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
d. Artinya: katakanlah:
berjalanlah kamu dimuka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan itu (QS. 6;11), sesungguhnya telah berlaku
sunnah-sunnah Allah sebelum kamu, karena itu berjalanlah kamu dimuka buki dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan agama (Q.S. (3):
137)
e. Artinya:
Tatkala malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah
bintang lalu dia berkata: inilah Tuhanku.tetapi tatkala bintang itu tenggelam,
dia berkata saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian ketika dia melihat
bulan terbit. Dia berkata: inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu tenggelam
dia berkata: sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala matahari
terbit…. (Q.S. (6): 76-79)
f. Artinya: perumpamaan
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, bagaikan menanam sebutir banih
yang darinya tumbuh tujuh tangkai, dan tiap tangkai seratus biji (Q.S. (2):
261) dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah untuk keteguhan jiwanya, seperti sebuah kebun terletak di
dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan
buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya hujan gerimispun
mencukupinya. Allah maha melihat apa yang kami perbuat. (Q.S. (2); 265)
Khusus masalah metode
dalam dunia pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan
atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.
Akhirnya model penyampaian firman Allah yang evolutif dan demikian pula risalah
kenabian mengajarkan kepada kita uswah bahwa sosialisasi Islam yang dikenal
dengan pendidikan dan dakwah adalah sebuah proses.
4. Macam Macam Metode
a. Metode Teladan
b. Metode Kisah-kisah
c. Metode Nsihat
d. Metode Pembiasaan
e. Metode Hukuman dan
Ganjaran
f. Metode Ceramah
g. Metode Diskusi
h. Metode Perintah dan
Larangan
i. Metode
Pemberian Suasana
j. Metode
Bimbingan dan Penyuluhan
k. Metode Perumpamaan
l. Dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan islam adalah
model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat
ideal ke masa depan. Jadi Pada intinya pendidikan Islam
merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al insan al
kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam kaitan inilah
diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu memberikan kompas atau arah terhadap
pembentukan kurikulum pendidikan yang Islami.
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya ke arah tujuan yang diharapkan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum
pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa ketika tidak memiliki metode atau cara yang tepat
dalam mentranspormasikannya kepada peserta didik. Maka dari itu dalam penerapan metode
secara praktis harus tepat, agar tidak menghambat proses belajar
mengajar dan terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat untuk
efisiensi aktivitas kepandidikan Islam. Hal ini berarti metode merupakan hal
yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat guna
manakala metode yang ditempuh benar-benar tepat
BAB 1V
Daftar Pustaka
·
An Nahlawi,
Abdurrahman. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam.
(Bandung: CV Dipenogoro. 1992)
·
Langgulung, Hasan. Azas-Azas
Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Al Husna. 1992)
0 comments:
Post a Comment