Loading...
21 Oct 2012

MERUBAH PARADIGMA NILAI JUANG GENERASI MUDA DALAM ERA-GLOBALISASI

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Oleh : Drs. Mahfudz Junaedi, MH.
Iftitah 
Sejarah perjuangan bangsa telah menunjukkan bahwa generasi muda menjadi simbol pemersatu untuk mengusir kaum kolonialisme, Sumpah Pemuda menjadi peristiwa heroik yang mampu mematahkan opini dunia tentang kualitas pemuda Indonesia yang diragukan saat itu. Seiring dengan perkembangan dan dinamika peradaban sekarang ini, konteks perjuangan generasi muda perlu diarahkan pada keunggulan kualitas sumber daya manusia. Tradisi persaingan kualitatif yang berorientasi syarat prestasi, perlu dikembangkan. Generasi muda Indonesia merupakan potensi sumberdaya pembangunan bangsa yang harus mampu bersaing dalam tataran global. Sebagai aset bangsa dan sumberdaya manusia utama, pemuda merupakan lapisan dalam masyarakat yang memiliki visi dan ideaslisme dalam menatap masa depannya. Visi dan idealisme pemuda merupakan modal dasar pemuda, yang sudah selayaknya harus dirawat dan dijaga, utamanya dari kecenderungan pragmatisme yang semakin menggejala. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi generasi muda yang belum siap untuk mengantisipasinya.

Gaya hidup yang hedonis dan pragmatis salah satu ancaman bagi konsistensi visi dan idealisme generasi muda dalam menjawab dan menghadapi masa depannya. Maka arah perjuangan generasi muda sekarang ini tidak hanya dari nilai dinamika kesejarahan bangsa, tetapi perlu memantapkan idealisme dan mengaktualisasikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam persaingan globalisasi sekarang ini. Permasalahan-permasalah sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan pertahanan merupakan masalah alamiah dihadapkan pada kondisi objektif bangsa yang luas dan plural. Keberagaman dan multi etnis yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai salah satu potensi laten yang dapat mengkoyakkan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Bangsa Indonesia (NKRI).

Masalah-masalah internal bangsa inilah merupakan tantangan, dan sekaligus potensi yang akan dihadapi oleh generasi muda sekarang ini. Secara Eksternal, perkembangan IPTEK dan globalisasi dalam segala bidang telah mengantarkan generasi muda Indonesia pada sisi positif disamping telah memberikan dampak negatif terhadap nilai-nilai agama, budaya dan moralitas generasi muda, sehingga melunturkan identitas bangsa Indonesia. Mempertanyakan Identitas Generasi Muda Identitas suatu bangsa merupakan suatu bentuk jati diri atau tanda-tanda yang melekat pada sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain, baik yang menyangkut fisik maupun non-fisik. Secara teoritis identitas pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. 

Maka yang perlu dipertanyakan tentang identitas bangsa Indonesia sekarang ini, bagaimana pula dengan identitas generasi muda kita. Misalnya, jika Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, santun, dan agamis, sebutan ini seyogyanya direnungkan kembali sejauh mana kebenarannya. Bila sebutan itu hanya sebatas mitos budaya yang pada kenyataannya tidak dijumpai, bahkan asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Identitas suatu bangsa juga akan memberikan dampak pada sikap dan prilaku yang ada di masyarakat termasuk generasi muda sekarang ini. Problem sosial yang sekarang ini marak di masyarakat dan bahkan pada generasi muda adalah, hidup bebas tanpa tujuan jelas, hidup glamour, seks bebas, kehidupan dengan Narkoba, dan rendahnya kualitas merupakan bentuk-bentuk yang akan mengarah pada identitas suatu bangsa. Pola prilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari telah terkikis oleh budaya lain yang tidak sesuai dengan adat-istiadat, budaya dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat Indonesia. Termasuk identitas yang ingin dicapai dan bersifat dinamis, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu, tujuan bersama dalam mencapai tujuan suatu bangsa sebagaimana dalam pembukaan UUD 1945, yaitu kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.

Agama dan Pergeseran Moral Perekat bangsa dalam wadah NKRI dapat rapuh ditengah-tengah kegairahan kehidupan beragama, sebaliknya arus globalisasi dengan wacana demokratisasi dan hak asasi manusia telah menimbulkan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap pergeseran moral masyarakat. Lebih-lebih pada generasi muda yang tidak memiliki bekal agama yang cukup baik akan terbawa arus pada era teknologi informasi yang sekarang ini tidak mengenal ruang dan waktu, tidak ada skat geografi dan batas negara, tidak ada lagi kota dan desa. Kemajuan teknololgi informasi sekarang ini, setiap orang dapat mengakses dengan mudah terhadap perkembangan dunia. Umat manusia di tengah kemajuan teknologi dan kenikmatan duniawi ini banyak yang menjadi gamang dan bingung. Ternyata tidak semua hal bisa dipuaskan oleh pencapaian teknologi, tak semua bisa dibeli dengan uang.

Ketentraman rohani dan ketenangan batin ada di sudut-sudut lain dan itu mencarinya pun dengan sesuatu yang lain pula. Itulah wilayah ajaran-ajaran tentang moral, ajaran yang menuntun manusia untuk mengakui dan senantiasa berpaling kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Masyarakat religius seperti ini sebenarnya adalah ciri rasa kebangsaan kita. Bila religiutas dan moralitas dalam realitas sekarang ini merupakan barang yang langka, generasi muda sebagai aset bangsa yang digadang masa depan bangsa tanpa memiliki nilai-nilai agama dan moral yang kuat akan memberikan dampak pada sikap prilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama, yang seharusnya memikat lantaran semangat perdamaian, persaudaraan, keadilan, dan nilai-nilai luhur lainnya tidak dijadikan sebagai identitas generasi muda akan memunculkan wajah yang bopeng dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, agama telah mengajarkan umatnya menjadi orang yang sholeh secara pribadi dan memberikan dampak pula sholeh secara sosial, ekonomi, budaya, dan hukum. Pembentukan masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai religius dan moral merupakan kerangka dasar dalam kehidupan bermasyarakat bernegara dalam rangka melaksanakan nilai-nilai civility (keadaban). Social civility (masyarakat beradab) tidak hanya berbicara secara teortis belaka, tetapi perlu pengalaman empiris untuk menciptakan masyarakat yang demokratis, setidaknya ada 5 norma, yaitu : kesadaran akan pluralisme dan kemajemukan, musyawarah, cara harus sejalan dengan tujuan, norma kejujuran dan kemufakatan, kebebasan nurani.

Norma-norma inilah yang harus menjadi identitas dikalangan generasi muda Indonesia sekarang ini. Ilmu Pengetahuan dan Globalisasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah dunia menjadi sempit, karena apa yang ada di dunia ini dapat dijangkau dalam waktu yang relatif singkat melalui dunia maya. Secara umum, globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi modern. IPTEK dan globalisasi tidak hanya berdampak positif akan tetapi dapat juga berdampak yang tidak baik bagi perkembangan peradaban, derasnya arus informasi yang demikian kuat seringkali menjadikan kita selalu belum merasa percaya diri kalau belum melakukan peradaban dunia luar yang justru bertolak belakang dengan budaya bangsa kita sendiri. Lihat saja, transfer budaya berpakaian peradaban modern dengan mengabaikan makna berpakaian yang sesuai dengan jadi diri bangsa kita. Tantangan generasi muda terhadap perkembangan ilmu pengatahuan dalam era global sekarang ini, secara tidak langsung telah melunturkan jati diri dan identitas generasi muda dalam paham nasionalisme.

Perkembangan dunia maya (global space) melalui media internet telah mengirim infomasi dalam jumlah yang tidak terbatas, dalam waktu yang lebih cepat, dan dengan biaya yang lebih murah. Informasi melalui internat disamping memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak terhadap kebebasan generasi muda dalam prilaku seksual. Sa;ah satu pengaruh yang sangat kuat dari globalisasi informasi adalah hilangnya diferensiasi sosial dan dengan itu hirarki sosial menjadi tidak tepat lagi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat, bagaimana sikap prilaku generasi muda kita terhadap orang tua dan orang yang dituakan, rasa hormat atau tawanduk sudah hilang, hal ini menandakan pergeseran nilai-nilai budaya yang dulu diagungkan dalam kehidupan bermasyarakat. Globalisasi yang memberi dampak pada demokratisasi, khususnya dalam arus lalu lintas informasi pengawasan terhadap akses informasi oleh negara atau lembaga sensor semakin berkurang, sehingga kontrol tidak berjalan dengan baik, karena mereka merasa memiliki kebebasan dalam paradigma demokratisasi dan paradigma HAM. Masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya dan hukum yang akhir-akhir muncul di masyarakat melahirkan isu-isu baru dalam agenda hubungan-hubungan internasional, sehingga menciptakan tantangan besar yang memberikan pengaruh pada tingkat nasional maupun regional, seperti program melawan kemiskinan, kebodohan, perbudakan, HAM adalah tantangan dan sekaligus problem yang perlu mendapatkan perhatian serius bagi kalangan generasi muda Indonesia. Intropeksi : merubah paradigma Sebagai akhir dari tulisan ini, kita mengajak bersama, khususnya generasi muda sebagai aset pembangunan bangsa yang digadang-gadang penerus perjuangan bangsa untuk mampu merubah paradigma membentuk nilai-nilai perjuangan masa depan.

Meskipun sejarah telah memberikan pelajaran bagi kita, tetapi konteks perjuangan sekarang ini lebih difokuskan pada perjuangan membentuk jati diri bangsa yang berkualiatas, unggul dalam SDM. Tantangan kedepan adalah bagaimana penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam perebutan yang kompetetif di era-global. Yang perlu dipertanyakan pada generasi muda adalah, sudahkah generasi muda kita sekarang ini siap bersaing dalam kompetesi global? Sudah siapkan mentalitas generasi muda dalam mengembangkan IPTEK sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju? Jawabannya tentu membutuhkan perenungan dan intropeksi bersama, sehingga kita tidak hanya menjadi negara pengguna teknologi saja tanpa berbuat. Pepatah bijak China patut untuk direnungkan :

“Sebuah pohon sebesar Anda bermula dari sebuah biji yang kecil; perjalanan sejauh seribu mil berawal dari sebuah langkah kecil (LaoTse)”. Maka jangan sampai kita sebagai orang selalu ketinggalan zaman, jadi “Orang yang ketinggalan zaman adalah karena ia ditinggal oleh zamannya sendiri” . Begitulah kita, dalam banyak hal telah tertinggal. Lebih ironis lagi, sembilan tahun waktu, yang kita beri nama era reformasi, hanya diisi dengan segala hal yang berbau hiru pikuk tanpa menghasilkan yang bermanfaat untuk masa depan generasi kita dimasa yang akan datang. Wonosobo, 23 Juli 2007

0 comments:

 
TOP