LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN
TANTANGAN MODERNISASI
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah :
Telaah kurikulum PAI
Dosen Pengampu : Musakir, M.Ag
Di susun oleh :
Edi SAPUTRA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
UNSIQ JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2011
PENDAHULUAN
Dalam proses pembudayaan
umat manusia, adanya kelembagaan pendidikan Islam dalam masyarakat merupakan conditio sine qua non ( syarat mutlak)
dengan tugas dan tanggung jawabnya yang kultural-edukatif terhadap anak didik
dan masyarakat yang semakin berat. Tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan
dalam segala jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha
menyukseskan misi pendidikan Islam.
Islam yang dinyakini (umat Islam)
sebagai agama paling sempurna menempatkan
pendidikan sebagai aspek sangat penting yang mewajibkan umatnya senantiasa
menjalankan komitmennya. Hal ini diperkuat oleh firman Allah yang terdapat pada
ayat pertama yang di wahyukan Allah kepada Nabi Muhammad: Bacalah! Dengan nama
Tuhan mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah ! Tuhan mu yang paling pemurah, Dia yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam, Dia yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (QS. Al-Alaq ; 1-5).
Rasulullah Muhammad melalui
Sunnahnya, dalam tataran yang lebih konkrit dan tetap fundamental, menunjukkan
komitemennya terhadap pendidikan fakta telah terukir dalam sejarah Islam, bahwa
risalah yang dibawa Muhammad telah mengangkat bangsa Arab kepada peradaban yang
lebih tinggi serta memperkenalkan sendi-sendi di bidang pendidikan yang saat
ini masih memprihatinkan. Perhatian besar Nabi Muhammad terhadap pentingnya
pendidikan, dapat dilihat pada tindakan beliau terhadap tawanan perang ketika
memperoleh kemenangan pertamanya dalam perang Badar. Beliau mewajibkan tawanan
perang untuk mengajarkan cara
menulis kepada anak-anak Madinah sebaga
tebusan bagi pembebasan mereka. Ini perkuat dengan pernyataan beliau melalui
sebuah perintah “Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina”. Penegasan keutamaan
pendidikan beliau nyatakan pula melalui sabdanya : “Carilah ilmu sejak dari
ayunan sampai keliang lahat”.
PEMBAHASAN
Memperhatikan pentingnya pendidikan
Islam sebagaimana dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi di atas, maka yang menjadi
fokur pembahasan makalah ini adalah, bagaimana lembaga pendidikan Islam dalam
menghadapi tantangan modernasi sekarang ini. Modernernisasi ilmu pengetahuan
dan teknologi pada akhir dekade ini sudah tidak mengenal sekat dan batas
wilayah dan negara.
Maka dalam rangka untuk mensukseskan
misi pendidikan dalam tiga macam tuntutan
hidup seorang muslim yaitu sebagai berikut :
- Pembebasan manusia dari ancaman api neraka, sesuai
dengan perintah Allah, yang artinya : “Jagalah dirimu beserta
keluargamu dari ancaman api neraka”
- Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yan
memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup, bahagia di dunia dan di
akherat. Sebagai realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan bertaqwa
yang senantiasa memanjatkan do’a sehari-hari yang artinya : Wahai Tuhan
ku, berilah aku kehidupan di dunia yang sejahtera dan kehidupan di akherat
yang bahagia dan jauhkan kami dari siksaan api neraka.
- membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada Kholiq Nya. Keyakinan dan keimanan berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu pengetahuannya, bukan sebaliknya, keimanan dikendalikan oleh akal budinya, Firman Allah dalam QS. Al-Mujadalah :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Di atas dasar pandangan inilah
lembaga-lembaga pendidikan Islam berpijak untuk mencapai cita-cita yang ideal,
yaitu bahwa idealitas Islam dijadikan elan
vitale-nya (daya pokok). Tugas dan tanggung jawab kultural – edukatifnya.
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga pendidikan yang berkembangan dalam
masyarakat merupakan cermin dari
idealitas umat Islam sekaligus dalam
taraf tertentu, ia dapat menjadi pendobrak kejumudan atau kemunduran idealitas
umat Islam itu sendiri. Pada suatu tahap perkembangan masyarakat tertentu,
lembaga-lembaga pendidikan Islam menjadi dinamisator (pembangkit) semangat dan
dinamika umat yang terpancar dari sumber idealitas ajaran Islam yang dianalisis
dan dikembangkan oleh lembaga tersebut.
Dengan
demikian,lembaga pendidikan harus mampu melakukan dua fungsi bersama yang
kelihatannya berlawanan satu sama lain, tetapi dapat mengumpul menjadi satu
kekuatan ideal yang saling menggerakkan dan mengendalikan.
Dihadapan
ide-ide modernisme, terutama yang didasari dan didorong oleh pengaruh kemajuan
teknologi modern, maka lembaga-lembaga pendidikan tidak terlepas dari tantangan
( challenge) yang harus diberi
jawab-jawaban. Dalam memberikan jawaban
itu, lembaga pendidikan kita terikat oleh norma-norma dari nilai-nilai agama
yang dibawanya. Oleh karena itu, selain berlaku selektif dan korektif terhadap
ide-ide modernisme, ia juga melakukan penganalisisan yang tajam terhadapnya. Terakhir dengan
pengambilan keputusan, apakah ide pembaharuan / modernisme tersebut seirama dan
senada dengan nilai-nilai dasar agamanya, sehingga daat diterima untuk dikembangkan.
Alternatif seperti memilih pendirian “hidup atau mati” sering harus dihadapi
penuh mengandung resiko bagi “mundur atau majunya” agama yang didukungnya
disinilah nilai itu berperan mengarahkan.
Bentuk
tantangan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam saat ini meliputi
bidang-bidang berikut ini :
1.
Politik, karena dalam kehidupan
politik, terutama politik kenegaraan, banyak berkaitan dengan masalah bagaimana
negara itu membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan kehidupan bangsa dalam jangka
panjang. Pengarah tersebut di dasarkan oleh falsafah negara yang mengikat semua
sektor-sektor pengembangan bangsa dalam proses tujuan negara atau tujuan
nasional. Dengan kata lain, lembaga pendidikan yang ada didalam wilayah suatu
negara merupakan sekor kehidupan budaya bangsa yang commited (terikat) dengan tujuan perjuangan
nasional yang berdasarkan falsafah negaranya. Oleh karena itu, suatu lemgaba
pendidikan yang tidak bersedia mengikuti politik negaranya, khususnya dalam
bidang kependidikan, akan merasakan bahwa politik tersebut menjadi presure
(tekanan) terhadap cita kelembagaan tersebut. Sudah barang tentu hal ini
merupakan tantangan yang perlu dijawab secara politis fundamental pula, karena
hal tersebu menyangkut kepentingan perkembangan bangsa di masa depan yang jauh
dan dalam maknanya bagi pembinaan watak kepribadian, kreatifitas, dan disiplin
bangsa itu sendiri.
2.
Kebudayaan, yaitu suatu hasil budi
daya manusia, baik bersifat material
maupun mental spritual, dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
bangsa yang mampu survive
mempertahankan diri dalam kehidupannya.
Ditengah-tengah bangsa lain, adalah bangsa yang mampu mempertahankan dan
mengembangkan kebudayaan di dunia ini. Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad
modern saat ini adalah tidak dapat terhidar dari pengaruh kebudayaan bangsa
lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses akulturasi (pertukaran atau saling berbaurnya) antara kebudayaan
yang satu dengan yang lainnya. Dimana faktor nilai yang mendasari kebudayaan sendiri
sangat menentukan survave tersebut.
Bila mana nilai-nilai kultural bangsa itu melemah karena berbagai sebab, bangsa
itu akan mudah terperangkap atau tertelan oleh kebudayaan lain yang
memasukinya. Sehingga identitas kebudayaan bangsa itu sendiri akan lenyap.
3.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah
suatu segi peradaban dan kebudayaan manusia, dimana perkembangannya yang lebih
cepat menjalar kejantung masyarakat suatu bangsa, merupakan salah satu cirikas
dari zaman modern saat ini. Teknologi sebagai ilmu pengetahuan tarapan (technology is an applied science) adalah
hasil kemajuan budaya manusia yang banyak bergantung kepada manusia yang
menggunakannya. Dengan kata lain
teknologi dapat diartikan sebagai suatu kekuatan kebudayaan yang bersifat
netral dalam tugas dan fungsinya, artinya bergantung kepada tangan manusianya
dalam pengelolaan dan pemanfaatnnya. Suatu contoh adalah uraium yang dapat
dioleh menjadi bom ato yang dahsyat, tetapi dapat juga dijadikan bahan yang
dapat melipatgandakan hasil pertanian. Selain itu, uranium dapat dijadikan
sumber tenaga listrik. Inilah tantangan mutakhir manusia abad ini yang perlu
diberi jawaban oleh lembaga kependidikan kita, terutama lembaga kependidikan
Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sebagai sumber pegangan.
4.
Ekonomi adalah, suatu aspek
pengetahuan manusia yang membertahukan tentang
bagaimana seharusnya manusia itu bersaha memenuhi kebutuhan hidup
jasmaniyahnya. Eonomi merupakan tulang punggung kehidupan bangsa yang dapat
menentukan maju mundurnya, lemah kuatnya, lambat cepatnya proses pembudayaan
bangsa pengaruh kehidupan ekonomi banyak mewarnai corak perkembangan sistem kependidikan dalam
masyarakat bangsa. Oleh karena itu, kehidupan ekonomi suatu bangsa banyak
mempengaruhi pertumbuhan lembaga kependidikan.
Bahkan juga mempengaruhi sistem kependidikan apa yang diberlakukan serta
kelembagaan kependidikan bagaimana yang dapat menunjang ataupun mengembangkan
sistem ekonomi yang diinginkan, oleh karena itu timbullah suatu perencanaan
kependidikan dilihat dari aspek kehidupan ekonomi yang dikenal dengan “ekonomi
pendidikan” sehingga pendidikan yang diselenggarakan dalam masyarakat selalu
diukur sejauhmana dapat menunjang kehidupan dan pembangunan di bidang ekonomi
tersebut.
5.
Kemasyarakat adalah, suatu lapangan
hidup manusia yang mengandung ide-ide yang sangat lanten terhadap pengaruh
kebudayaan, kemasarakatan tidak statis dan beku, melainkan berkecenderungan
kearah perkembangan dinamis yang mengandung implikasi perubahan-perubahan yang
biasa kita kenal sebagai “perubahan sosial”
(social change). Perubahan
yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial dapat mengalami ketidak pastian
tujuan dan dapat pula berarah tujuan yang jelas. Hal demikian banyk bergantung
pada faktor kepemimpinan masyarakat yang
ada didalamnya serta faktor tingkat kesadaran sosial yang ada. Bila mana perubahan itu dikehendaki oleh
pemimpin-pemimpinannya maka akan menjadi jelas arahnya, tetapi bila tidak
dikehendaki yang berarti tidak berencana, maka perubahan tersebut cenderung kearah
oportunistis yang tidak menguntungkan perkembangan masyarakat dimasa mendatang. Itulah sebabnya gejala
perubahan sosial akibat pengaruh kebudayaan dari luar ataupun dari dalam, tetapi
memeerlukan pengamatan dan pengarahan yang jelas dari atas dan dari bawah,
yaitu para
pemimpin negara dan masyarakat itu sendiri. Namun pengarahan dari hasl
pengamatan lembaga kependidikan adalah
lebih rasional dan konstruktif karena berkat penganalisisan yang lebih
objektif rasional dari lapisan atas dan bawah. Problem-problem sosial yang
menuntut pemecahan kepada lembaga kependidikan justru menghidupkan tugas dan
fungsi lembaga kependidikan itu sendiri. Mengingat lembaga itu merupakan
lembaga kemasyarakatan yang berfungsi sebagai
agent of social change.
6.
Sistem nilai adalah suatu tumpuhan
norma-norma yang dipegang oleh manusia
sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial, baik itu berupa norma
tradisional maupun norma agama yang telah berkembang dalam masyarakat.
Sistem nilai juga dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur, dan
mengarahkan perkembangan masyarakat itu sendiri. Bahkan juga mengantung potensi
rohaniyah yang mengarahkan eksistensi masyarakat itu. Namun demikian, sistem
nilai tersebut bukannya tidak dapat mengalami perubahan-perubahannya, terutama
oleh faktor kemajuan berfikir manusia itu sendiri maupun desakan dari sistem
nilai yang lain yang lebih dianggap lebih baik. Diseluruh dunia saat ini,
sedang mengalami peerubahan sistem nilai yang lebih cenderung untuk
meninggalkan sistem nilai tradisional yang ada.
Apakah hal ini disebabkan oleh karena naluri manusia yang cenderung
untuk menyukai hal-hal yang baru ataukah ada semacam “kekuatan mendesak” (pressure power) dari luar. Hal inilah
yang manjadi titik sentral prolem yang melahirkan tantangan terhadap lembaga pendidikan, yang salah satu
fungsinya adalah mengawetkan sistem nilai yang lebih berkembang dalam
masyarakat. Oleh karena itu, lembaga pendidikan perlu memberikan jawaban-jawabannya
yang tepat sehingga kecenderungan dan sikap berfikir masyarakat tidak terombang-ambing tanpa arah
yang jelas
Dalam memberikan jawaban terhadap tantangan di atas,
lembaga pendidikan Islam sudah barang tentu perlu memegangi petunjuk-petunjuk agama
yang antara lain dalam al-Qur’an Surat
Ar-Raddu ayat 11 :
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari ayat tersebut di atas
sebagai landasan ideal fundamental cukup mengingatkan kepada kita bahwa manusia
sebagai anggota masyarakat janganlah
statis dan jumud dalam hidupnya, melainkan hendaknya dinamis dan
konstruktif dalam melakukan perubahan-perubahan. Tingkah laku dan usaha
perubahan yang dilakukan itu hendaknya jangan latah mengikuti ide orang lain
yang tidak diketahui arah dan tujuannnya.
Semua usaha perubahan yng
dilakukan itu harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan, apakah bermanfaat
bagi manusia, masyarakat dan agama. Itulah sebabnya semua usaha untuk
mnciptakan perubahan itu perlu dilandasi nilai-nilai yang tetap dan yang
konstruktif, yaitu nilai agama. Dalil-dalil lainnya yang bersifat mendorong
untuk kemajuan hidup bermasyarakat masih banyak yang perlu digali dengan
ijtihad yang sempurna.
KESIMPULAN
Lembaga
pendidikan Islam dan tantangan modernansi dengan pembahasan sebagaimana
diuraikan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. perubahan masyarakat dalam
era-globalisasi sekarang ini telah memberikan arah dan perubahan terhadap
lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi
dan masyarakat itu sendiri, sehingga lembaga pendidikan Islam harus dapat
melakukan filter dengan etika dan norma-norma agama Islam.
2. Aspek-aspek perubahan dalam masyarakat
karena pengaruh modernisasi hendaknya dapat dijadkan tolak ukur atas kemajuan
pendidikan maupun lembaga pendidikan sehingga diperlukan kesiapan SDM oleh
lembaga pendidikan Islam. Perubahan yang baik hendaknya dapat dimanfaatkan dan
digunakan sebaik-baiknya, sedangkan perubahan yang membawa dampak keburukan
atau medlaratan harus ditinggalkan sajauh-jauhnya agar tidak memberikan
pengaruh negatif kepada peserta didik.
3.
Perubahan masyarakat global, perlu
mendapatkan perhatian yang serius oleh semua komponen masyarakat termasuk
lembaga pendidikan, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi bukalah sabagai
tujuan akhir, tetapi mardlotillah merupakan tujuan yang harus dicapai oleh
semua lembaga pendidikan Islam.
Demikian
makalah singkat ini, sebagai bentuk antisipasi terhadap dampak era-global dan
modernisasi di semua lini kehidupan masyarakat sekarang ini. Mau tidak mau
lembaga pendidikan Islam harus mampu menegakkan nilai-nilai atau etika
moralitas bangsa dengan mengedepankan norma agama sebagai landasan utama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
H.A. Malik, Tauhid Membina Pribadi Muslim
dan Masyarakat, Jakarta ,
Al-Hidayah, 1980.
Hafid, Dasuki A., Ensiklopedia Islam 1-5, Jakarta , Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 1993
Iqbal, Muhammad, Membangun Kembali Pikiran Agama
dalam Islam, Jakarta ,
Tintamas, 1996
W ibowo,
Arif, Studi Islam jilid 1-4, Surakarta , Lembaga Studi
Islam IAIN Yogyakarta, 1997
Suwito, Fauzan (Ed), Sejarah Sosial Pendidikan
Islam, Jakarta ,
Prenada Media, 2005
Asrahah,
Hasnun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta , PT. Logos Wacana
Ilmu, cet. 1, 1999.
0 comments:
Post a Comment