A. AL-QUR’AN
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang
bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan
sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis
dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan
amal ibadah.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk
ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan,
semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia
(Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut
Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu
tersedia di dalam Al-Qur’an”.
Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama adalah
hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan
ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama
kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
- Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
- Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah,
- Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah,
- Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam,
- Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut di atas mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir
secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaannya, berfikir
dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah manusia akan mampu
menmukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama
kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum
perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta
bagaimana cara mendapatkannya. tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali
dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu pengetahuan, baik
membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak
mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan
melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan
penglihatan demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat. Dalam
Al-Qur’an terdapat kurang lebih 750 ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang menegaskan
dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Ini
membuktikan bahwa betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetauan dalam
Al-Qur’an (Islam). Al-Qur’an selalu memerintahkan kepada manusia untuk
mendayagunakan potensi akal, pengamatan , pendengaran, semaksimal mungkin.
Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat (bahkan paling) empatik
dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Qur’an itu sendiri
merupakan sumber ilmu dan sumber insfirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan
sains dan teknelogi. Betapa tidak, Al-Qur’an sendiri mengandung banyak
konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi serta pujian terhadap
orang-orang yang berilmu. Dalam Q.S. Al-Mujadalah 58/11 Allah berfirman, “Allah
akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Selain Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi
juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada
umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda beliau.
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة (رواه ابن عبد الب
“Menuntut ilmu itu suatu kewajiban
kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan”.
Hadits ini membrikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk belajar
mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum,
karena suatu perintah kewajiban tentunya harus dilaksanakan, dan berdosa
hukumnya jika tidak dikerjakan. Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan kepada
umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia, ruang,
waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang
lahat)”. Dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”. Dorongan dari al-Qur’an
dan perintah dari Rasul tersebut telah diperaktekkan oleh generasi Islam pada
masa abad pertengahan (abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti dengan banykanya
ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan
teknelogi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih,
Nasiruddin al-Thusi, Ibn Rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy,
Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang
mereka kembangkan pun bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang
ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astrnomi,
Fisika, Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf,
Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya, pada masa itu kejayaan, kemakmuran,
kekuasaan dan politik berda di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai
sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi. Rasul pernah bersabda “Umatku akan jaya
dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan
anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam
kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
B. SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan
kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an
sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali.
Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat
Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat
yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu
yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan
dikenal istilah “sains mengenai waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama
yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti
untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan
kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar
sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali,
mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat
dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat
secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di
persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya
kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana
di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknelogi, dan
hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat
transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai
kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang kali melakukan
pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan pelanet-pelanet lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam
bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya
merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh
ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim
banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol” dan
ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan
oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang
akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di
dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi
al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk
bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya
selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan
secara ilmiyah oleh sipa pun.
C. KARAKTERISTIK SAINS ISLAM
Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada manusia, suatu anugrah yang sangat
berharga, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, sehingga umat manusia mampu
berpikir kritis dan logis. Agama Islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus
mengaktifkan kerja akal serta menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan
lil’alamin. Artinya bahwa Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk
memperkuat basis pengetahuan tentang keislaman seseorang sehingga ia mampu
membedakan mana yang hak dan yang batil, mampu membuat pilihan yang terbaik
bagi dirinya, orang lain, masyarakat, lingkungan, agama dan bangsanya.
Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara bebas dari norma dan etika
keagamaan, tapi ia tetap dalam kendali agama, ia tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam . Karena antara agama dan sains
dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains Islam bertujuan untuk
menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap
rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat qauliah maupun
ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara maksimal.
Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan Hadits,
tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi perpaduan
anatara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang menjadi rujukan,
maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan ajaran agama atau disalah
gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran agama. Hasil
penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi malah mendatangkan
mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.
Berbeda halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen, dalam
agama Kristen sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan dengan agama, karena
antara Gereja dan ilmuan ada pertentangna yang sangat tajam sebagaimana kita
dapati dalam fakta sejarah dihuukm matinya seorang ilmuan Galileo Galilei
(1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda dengan Gereja pada ketika
itu. Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset pengembangan keilmuannya tidak
ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak jarang atau sering kali hasil
penemuan ilmiyah mereka tidak sejalan dengan etika moral keagamaan, menyimpang
dari ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena akal punya keterbatasan untuk
mengungkapkan nilai-nilai kebenaran bila tidak didukung dan dipandu oleh wahyu.
Agama, sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen berjalan sendiri-sendiri
tidak ada keterikatan antara keduanya.
Karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal
dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim
batul-betul Islami, bermakna, membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya
mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai
dengan misi Islam rahmatan lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan
nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan
ia membantu menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih
sempurna kepada kebanaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui
keagungan, kebesaran, dan kemaha kuasan-Nya.
0 comments:
Post a Comment