Perlunya Tasawuf
Perlunya Tasawuf
7 Mei 2010 oleh mutiarazuhud
Perlunya kita memahami ilmu Tasawuf
(sarana kembali kepada Allah)
Sesungguhnya, kita sejak bayi dalam kandungan Ibu, dalam keadaan bersih dan
suci, telah bersaksi “sebenar-benarnya” bersaksi bahwa La ilaha illallah , tiada tuhan selain Allah. Kesaksian ketika kita dalam
kandunagn Ibu, sebagaimana firman Allah yang artinya
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (QS- Al A’raf 7:172)
Setelah anak manusia terlahir ke dunia, keluarga adalah lingkungan
pertama yang dikenal oleh anak. Ibu dan ayah adalah manusia-manusia dewasa
kepada siapa anak belajar kata-kata yang pertama. Khususnya kepada Ibu, anak
belajar kasih sayang. Kepada ayah, anak belajar tanggung jawab dan
kepemimpinan. Bagaimana sikap ibu dan ayah kepada anak, sikap ayah kepada ibu
dan sebaliknya ibu kepada ayah, adalah pola interaksi yang pertama dipelajari
anak.
Dengan telinga dan matanya, anak belajar menyerap fakta dan informasi.
Semakin banyak yang terekam, itulah yang paling mudah ditirunya. Bagaikan
kertas putih bersih, orang tuanya yang akan memberinya coretan dan warna yang
pertama. Betapapun sederhananya pola pendidikan dalam sebuah keluarga,
tetap-lah sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Keluarga
merupakan awal bagi pertumbuhan pola pikir dan perasaan anak.
Untuk itu bagi kita yang telah menjadi orang tua, dalam mendidik anak,
sebaiknya selalu berharap atau memohon pertolonganNya karena segala sesuatu
atas kehendakNya. Kita hanya menjalankan keinginanNya. Janganlah dengan hawa
nafsu kita, memberikan “coretan” pada “kertas putih” anak kita. Kesadaran dan
selalu mengingat Allah setiap saat dalam kehidupan kita dunia mutlak kita
hadirkan agar segala perbuatan kita sesuai dengan kehendakNya.
Setelah kita mencapai akil balik dengan segenap ilmu yang telah kita
pelajari dan pahami, baik dari pengajaran orang tua, guru dan lingkungan
beserta karunia Allah akan pemahaman Al-Qur’an dan Hadits, kita “memulai”
mengarungi kehidupan dunia. Kemanakah tujuan arungan kehidupan kita ?
Sebagaimana keinginan Allah yang disampaikan dalam firmanNya yang artinya,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
(Az Zariyat : 56)
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu” (al Hijr: 99)
Arungan kehidupan kita di dunia sesungguhnya adalah menuju kepada Allah,
selalu sadar dan yakin akan keberadaan Allah, selalu mengingat Allah,
sepanjang kehidupan kita di dunia sampai kematian menjemput kita.
Sehingga kita bisa bersaksi kepada Allah yang Maha Esa dalam
sebenar-benarnya “bersaksi” sebagaimana kita dalam kandungan Ibu dahulu.
Sayangnya setelah bayi dan kita tumbuh dewasa, kita tidak dapat mengingat
perjalanan ketika berada dalam kandungan rahim ibu. Oleh karena itu Islam
mengajarkan agar setiap umatnya kembali menjadi seperti bayi dalam
kandungan,agar dirinya dapat kembali menemui Allah.
“Dan sesungguhnya kamu kembali menghadap Kami dengan
sendirian seperti kamu Kami ciptakan pada awal mula kejadian. Dan pada aat itu
kamu tinggalkan dibelakangmu apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu ….” (QS
Al An’am 6: 94)
“Mereka dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris, Kemudian Allah
berfirman: “ Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami
telah menciptakan kamu pada awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka bahwa
Kami tiada menetapkan janji bagi kamu” (QS Al Kahfi 18:48).
Dengan segenap ilmu dan pemahaman yang kita peroleh, kembalilah kepada Allah.
Kembali pada sisi Allah yang sebaik-baiknya.
Firman Allah yang artinya,
[38:46] Sesungguhnya Kami telah mensucikan
mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
[38:47] Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami
benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.
(QS Shaad [38]:46-47)
Sekali-lagi saya mengingatkan saya pribadi dan pembaca sekalian. sebaiknya
kita tidak bergantung pada ilmu dan pemahaman, semua itu hanyalah sarana,
bergantunglah hanya pada Allah. Semakin dalam ilmu dan pemahaman yang kita
peroleh maka semakin tertunduk kita kepada Allah dan pada satu titik nanti,
InsyaAllah kita akan “lebur” karena kita akan syahid yakni sebenar-benar
bersaksi kepada Allah yang Maha Esa.
Sesungguhnya karunia Allah akan pemahaman tentang ma’rifatullah bisa kita
lalui jika mendalami ilmu Tasawuf.
Merugilah mereka yang menolak memahami ilmu Tasawuf.
Untuk itulah, Insyaallah, saya hadirkan blog ini untuk mengingatkan diri
saya pribadi dan saudara-saudaraku Salafy (pengikut pemahaman Ibnu Taimiyah dan
yang sepemahaman), teruntuk saudara-saudara muslimku yang anti tasawuf,
teruntuk para pembaca pada umumnya serta juga teruntuk saudara-saudaraku
yang terbiasa mengikuti “motivator-motivator” kehidupan yang cenderung
mengikuti atau menginginkan materi semata atau memperturutkan hawa nafsu dan
menjurus mencintai dunia. Semoga Allah melindungi kita semua.
Wassalammualaikum Wr. Wb
Zon di Jonggo
0 comments:
Post a Comment